Sabtu, 01 Januari 2011

Toleransi Islam (tasammuh ) vs Toleransi Barat (toleransi). sejarah toleransi


Oleh: Kharis Nugroho, Lc.

Toleransi dalam Islam merupakan pembahasan yang cukup penting untuk dikaji, karen banyak di kalangan umat Islam yang memahami toleransi dengan pemahaman yang kurang tepat. Misalnya, kata “toleransi” dijadikan landasan paham pluralisme yang menyatakan bahwa “semua agama itu benar”, atau dijadikan alasan untuk memperbolehkan seorang muslim dalam mengikuti acara-acara ritual non-muslim, atau yang lebih mengerikan lagi, kata toleransi dipakai oleh sebagian orang ‘Islam’ untuk mendukung eksistensi aliran sesat dan program kristenisasi baik secara sadar maupun tidak sadar. Seolah-olah, dengan itu semua akan tercipta toleransi sejati yang berujung kepada kerukunan antar umat beragama, padahal justru akidah Islamlah yang akan terkorbankan.

Sebagai muslim, kita harus mengembalikan hakikat toleransi dalam kacamata Islam. Sebab, istilah toleransi ini - sebagaimana disebutkan dalam buku Tren Pluralisme Agama karya Dr Anis Malik Toha -, pada dasarnya tidak terdapat dalam istilah Islam, akan tetapi termasuk istilah modern yang lahir dari Barat sebagai respon dari sejarah yang meliputi kondisi politis, sosial dan budayanya yang khas dengan berbagai penyelewengan dan penindasan. Oleh karena itu, sulit untuk mendapatkan padanan katanya secara tepat dalam bahasa Arab yang menunjukkan arti toleransi dalam bahasa Inggris. Hanya saja, beberapa kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan menggunakan istilah “tasamuh”, yang kemudian menjadi istilah baku untuk topik ini. Dalam kamus Inggris-Arab, kata “tasamuh” ini diartikan dengan “tolerance”. Padahal jika kita merujuk kamus bahasa Inggris, akan kita dapatkan makna asli “tolerance” adalah “to endure without protest” (menahan perasaan tanpa protes).

Sedangkan kata “tasamuh” dalam al-Qamus al-Muhith, merupakan derivasi dari kata “samh” yang berarti “jud wa karam wa tasahul” (sikap pemurah, penderma, dan gampangan). Dalam kitab Mu’jam Maqayis al-Lughah karangan Ibnu Faris, kata samahah diartikan dengan suhulah (mempermudah). Pengertian ini juga diperkuat dengan perkataan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari yang mengartikan kata al-samhah dengan kata al-sahlah (mudah), dalam memaknai sebuah riwayat yang berbunyi, Ahabbu al-dien ilallahi al-hanafiyyah al-samhah. Perbedaan arti ini sudah barang tentu mempengaruhi pemahaman penggunaan kata-kata ini dalam kedua bahasa tersebut (Arab-Inggris).

Dengan demikian, dalam mengkaji konsep toleransi dalam Islam, penulis merujuk kepada makna asli kata samahah dalam bahasa Arab (yang artinya mempermudah, memberi kemurahan dan keluasan), dan bukan merujuk dari arti kata tolerance dalam bahasa Inggris yang artinya menahan perasaan tanpa protes. Akan tetapi, makna memudahkan dan memberi keluasan di sini bukan mutlak sebagaimana dipahami secara bebas, melainkan tetap menggunakan tolok ukur Al-Qur’an dan Sunnah.

…Konsep toleransi dalam Islam dibentuk oleh ajaran Islam baik Al-Qur’an maupun al-Hadits. Sedangkan toleransi Barat dibentuk berdasarkan sejarah ataupun reaksi terhadap kondisi sosial dan politik…

Kalau kita mau melihat terbentuknya konsep toleransi antara Islam dan Barat, maka akan kita dapatkan bahwa motif terbentuknya konsep toleransi antar keduanya sangat berbeda. Konsep toleransi dalam Islam dibentuk oleh ajaran Islam itu sendiri baik berupa firman Allah (Al-Quran) ataupun sabda dan perilaku Rasulullah SAW (al-Hadits). Sedangkan Barat, dibentuk berdasarkan sejarah ataupun reaksi terhadap kondisi sosial dan politik.

Sebagai contoh, dalam sejarahnya, peradaban Barat (Western Civilization) pernah mengalami masa yang pahit, yang mereka sebut dengan “zaman kegelapan” (the dark age). Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi Barat runtuh pada 476 H dan mulai munculnya Gereja Kristen sebagai institusi dominan dalam masyarakat Kristen Barat sampai dengan masuknya zaman renaissance sekitar abad ke-14. Renaissance artinya rebirth (lahir kembali), karena masyarakat Barat merasa bahwa ketika hidup di bawah cengkeraman kekuasaan Gereja, mereka seolah mengalami kematian.

Di “zaman kegelapan” inilah terjadi banyak penyelewengan dan penindasan kepada rakyatnya dengan mengatasnamakan agama. Penindasan yang terkenal paling jahat pada waktu itu adalah, apa yang dilakukan oleh institusi Gereja dengan nama Inquisisi. Inquisisi adalah hukuman terhadap kaum heretic (kaum yang di cap menyimpang dari doktrin resmi gereja). Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menggambarkan institusi inquisisi dalam sejarah sebagai berikut, “Sebagian besar kita tentunya setuju bahwa salah satu dari institusi Kristen paling jahat adalah Inquisisi, yang merupakan instrument terror dalam Gereja Katholik sampai dengan akhir abad ke-17. Metode inquisisi ini juga digunakan oleh Gereja Protestan untuk melakukan penindasan dan kontrol terhadap kaum Katolik di negara-negara mereka”.

Adapun bentuk kejahatannya, Robert Held dalam bukunya Inquisition, memaparkan bahwa ada lebih dari 50 jenis dan model alat-alat siksaan yang sangat brutal yang digunakan oleh institusi gereja pada waktu itu, seperti pembakaran hidup-hidup, pencukilan mata, gergaji pembelah tubuh, pemotongan lidah, alat penghancur kepala, pengebor vagina, dan berbagai alat dan model siksaan lain yang sangat brutal. Ironisnya lagi, sekitar 85 persen korban penyiksaan dan pembunuhan adalah wanita. Antara tahun 1459-1800, diperkirakan antara dua-empat juta wanita dibakar hidup-hidup di dataran Katolik maupun Protestan Eropa.

Dalam ajaran Yahudi, juga telah terjadi penyelewengan yang berujung kepada penindasan atas nama agama. Dalam Old Statement (Kitab Perjanjian lama), dinyatakan bahwa sikap mereka terhadap kelompok lain tidak hanya sebatas kebencian, pelaknatan dan pengingkaran. Namun mereka juga diperintah untuk membumihanguskan bangsa-bangsa lain, karena – menurut mereka – bangsa Yahudi adalah bangsa pilihan (the Chosen People). Pemusnahan semua kelompok lain, menurut mereka adalah merupakan perintah Tuhan.

Dari peristiwa penyelewengan dan penindasan atas nama agama inilah, kemudian pemikiran mengenai pentingnya toleransi di Barat mulai timbul. Adalah John Locke figur yang cukup terkenal dalam menelurkan ide toleransinya, yaitu dengan menjabarkan tiga pikiran mengenai pentingnya toleransi. Pertama, hukuman yang layak untuk individu yang keluar dari sekte tertentu bukanlah hukuman fisik melainkan cukup ekskomunikasi (pengasingan). Kedua, tidak boleh ada yang memonopoli kebenaran, sehingga satu sekte tidak boleh mengafirkan sekte yang lain. Ketiga, pemerintah tidak boleh memihak salah satu sekte, sebab masalah keagamaan adalah masalah privat. Tiga doktrin inilah yang kemudian membentuk doktrin toleransi di dunia Barat (negara-negara demokrasi Barat).

…Toleransi (samahah) dalam Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat Al-Qur’an yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam yang bersifat mengajak, bukan memaksa…

Adapun dalam Islam, toleransi (samahah) merupakan ciri khas dari ajaran Islam. Ketoleranan Islam mencakup berbagai segi, baik dari segi akidah, ibadah, maupun muamalah. Dari segi aqidah, Islam mempunyai kaidah dari sebuah ayat Al-Qur’an yaitu laa ikraaha fi al-dien (tidak ada paksakan dalam agama). Namun kaidah ini tidak menafikan unsur dakwah dalam Islam. Dakwah dalam Islam bersifat mengajak, bukan memaksa. Dari kaidah inilah maka ketika non-muslim (khususnya kaum dzimmi) berada di tengah-tengah umat Islam atau di negara Islam, maka mereka tidak boleh dipaksa masuk Islam bahkan dijamin keamanannya karena membayar jizyah sebagai jaminannya.

Dalam masalah Ibadah, Islam juga bersifat toleran. Maksudnya, pelaksanaan ibadah di dalam Islam bersifat tidak membebani. Hal tersebut bisa kita lihat ketika seseorang ingin berwudhu dan tidak ada air, maka Islam mempermudah cara berwudhu dengan cara tayamum. Di dalam shalat, ketika seseorang tidak mampu berdiri, maka boleh dengan duduk. Begitu juga puasa, ketika seseorang sedang sakit, maka boleh di qadha. Sifat mempermudah dan tidak membebankan seseorang inilah yang menjadi ciri khas bahwa Islam adalah agama yang toleran dari segi ibadah.

Adapun dalam muamalah, Islam menyuruh berbuat baik dalam bermasyarakat, baik itu kepada yang muslim atau non-muslim. Misalnya, ketika seorang muslim mempunyai tetangga non-muslim yang sedang membutuhkan bantuan, maka harus dibantu. Ketika diberi hadiah, maka harus diterima. Begitu juga ketika ada tetangga non-muslim sedang sakit, harus dijenguk. Itulah adab seorang muslim yang harus dijaga dalam rangka membangun kerukunan antar umat beragama.

Permasalahannya adalah, ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka banyak orang salah paham. Mereka mengira bahwa toleransi dalam masalah keikutsertaan acara-acara non-muslim diperbolehkan dengan tujuan untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Padahal toleransi seperti ini di dalam syariat terdapat dalil-dalil yang melarang, baik itu dari Al-Qur’an, Al-Sunnah, maupun ijma ulama.

…ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam dosa yang sudah jelas diharamkan...

Ketika muamalah dengan non-muslim ini masuk dalam ranah akidah dan peribadatan, maka hal ini bisa dikategorikan dalam hal tolong menolong dalam dosa yang sudah jelas diharamkan. Allah SWT telah melarang perbuatan tersebut sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat (yang artinya), Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan permusuhan (Qs Al-Ma’idah 2). Dalam memahami ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan orang beriman untuk tolong menolong dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran. Allah juga melarang umat Islam saling tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang haram. Ritual non-Muslim adalah suatu amalan batil yang diharamkan oleh Allah SWT yang menjadikan pelakunya berdosa. Oleh karena itu, keikutsertaan seorang Muslim dalam ritual non-Muslim termasuk dalam kategori tolong menolong dalam kebatilan, dosa, dan sesuatu yang diharamkan.

Selain itu, keikutsertaan ritual non-muslim dengan alasan toleransi juga tidak bisa dibenarkan secara syar’i karena seseorang tersebut tergolong telah mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil. Allah berfirman (yang artinya), Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui (Q.S Al-Baqarah: 42). Imam al-Thabari menukil penjelasan Imam Mujahid (murid Ibnu Abbas) mengenai maksud ayat Dan janganlah kamu campuradukkan yang hak dengan yang batil adalah mencampuradukkan ajaran Yahudi dan Kristen dengan Islam.

Adapun toleransi antar umat beragama dalam muamalah duniawi, Islam menganjurkan umatnya untuk bersikap toleran, tolong-menolong, hidup yang harmonis, dan dinamis di antara umat manusia tanpa memandang agama, bahasa, dan ras mereka. Dalam hal ini Allah berfirman (yang artinya), Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS. Al-Mumtahanah: 8-9).

Banyak hal yang bisa kita ambil pelajaran dari ayat di atas dalam memahami sikap toleransi antar umat beragama yang benar dalam Islam. Dalam memahami ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu” maksudnya, Dia tidak melarang kamu berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak memerangimu karena masalah agama, seperti berbuat baik dalam masalah perempuan dan orang lemah.

Selain itu, Imam al-Syaukani (1250 H) dalam Fath al-Qadir menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah Allah tidak melarang berbuat baik kepada kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan umat Islam dalam menghindari peperangan dan tidak membantu orang kafir lainnya dalam memerangi umat Islam. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah tidak melarang bersikap adil dalam bermuamalah dengan mereka.

Adapun sebab turunnya ayat ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitabnya al-Musnad dari Abdullah bin Zubair, Ia berkata: “Qatilah mendatangi putrinya Asma’ binti Abu Bakar. Namun Asma’ enggan menerima hadiah dan kedatangan perempuan (ibunya) itu ke rumahnya. Karena itu, Aisyah menanyakan permasalahan tersebut kepada Nabi SAW. Maka Allah menurunkan surat Al-Mumtahanah ayat 8-9. Oleh karena itu, Nabi memerintahkan Asma’ untuk menerima hadiah dan kedatangan ibunya ke rumahnya”.

…berbuat baik kepada non-Muslim merupakan kewajiban, selama orang-orang non-Muslim itu tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka, serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka…

Ini merupakan dalil bahwa berbuat baik kepada non-Muslim merupakan kewajiban, selama orang-orang non-Muslim itu tidak memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka, serta tidak membantu orang lain untuk mengusir umat Islam dari negeri mereka. Bahkan Rasulullah SAW mengancam terhadap umatnya yang berbuat zalim kepada non-Muslim yang sudah terikat perjanjian dengan umat Islam dengan ancaman tidak masuk surga. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), Barangsiapa yang membunuh non-Muslim yang terikat perjanjian dengan umat Islam, maka ia tidak akan mencium keharuman surga. Sesungguhnya keharuman surga itu bisa dicium dari jarak empat puluh tahun perjalanan (di dunia) (H.R Bukhari).

Oleh karena itu, Nabi SAW bermuamalah dengan orang Yahudi di Madinah dengan muamalah yang sangat baik. Dalam masalah perdagangan, Beliau SAW pernah menggadaikan baju perangnya kepada seorang Yahudi yang bernama Abu Syahm. Rasulullah juga menetapkan perjanjian antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar dengan kaum Yahudi. Perjanjian itu antara lain berisi tentang perdamaian dengan kaum Yahudi, sumpah setia mereka, serta mengakui keberadaan agama (bukan kebenaran agama selain Islam) dan harta-harta mereka. Beliau SAW juga meminta jaminan kepada mereka untuk menepati perjanjian mereka. Namun demikian, sikap toleransi, harmonis, tolong menolong dan kerjasama antara umat Islam dengan non-Muslim di sini hanyalah dalam masalah muamalah keduniaan yang tidak berhubungan dengan permasalahan akidah dan ibadah.

Dari paparan di atas, sangat jelas sekali bagaimana ternyata pembentukan pola doktrin toleransi antara Islam dengan Barat amatlah berbeda. Doktrin toleransi dalam Islam tidaklah dibentuk oleh sejarah, melainkan merupakan bagian integral dari warisan Islam. Berbeda halnya dengan Barat yang doktrin toleransinya dibentuk oleh sejarah karena adanya abuse of power. Itulah sebabnya menyamakan doktrin toleransi Islam dengan doktrin toleransi yang ada di Barat tidaklah tepat.

…Toleransi antara Islam dengan Barat amatlah berbeda. Doktrin toleransi dalam Islam tidaklah dibentuk oleh sejarah, melainkan merupakan bagian integral dari warisan ajaran Islam. Sedangkan di Barat, doktrin toleransi dibentuk oleh sejarah karena adanya abuse of power

Namun anehnya, saat ini proses overlapping doktrin toleransi mulai muncul ke permukaan sehingga mengakibatkan kerancuan dalam memahami makna toleransi yang benar menurut Islam. Dari sinilah maka tidak tepat kalau ada umat Islam yang menggunakan kata toleransi untuk mendukung eksistensi aliran sesat apalagi untuk mendukung gerakan kristenisasi, karena toleransi semacam ini adalah toleransi ala Barat yang tidak dibenarkan dalam Islam. Wallahu a’lamu bis-shawab.

*) Penulis adalah Alumnus Ma’had Tahfidz Al-Qur’an Isy-Karima Jawa Tengah.

Distorsi Tafsir Pluralis Tentang Kesamaan Agama Ibarhim / Semitik

By: Kholili Hasib, Mahasiswa Magister Pemikiran Islam Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor

Perdebatan tentang titik temu agama-agama semitik dan kebenaran kitab suci Yahudi dan Kristen, telah cukup lama menjadi bahan diskusi dalam wacana pluralisme agama. Sudah sejak lama dikatakan oleh sebagian orang bahwa agama Yahudi dan Kristen termasuk agama samawi, dengan arti bahwa kedua agama tersebut adalah agama yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Ayat-ayat yang dijadikan justifikasi adalah surat al Maidah ayat 48 dan surat Ali Imran ayat 64. Benarkah mereka disebut agama samawi?

Pandangan inklusif terhadap agama-agama semit seperti yang diwacanakan kaum pluralis memang justifikasinya berbasis ayat-ayat Al Qur'an. Nurcholis Madjid mengenalkan konsep titik temu agama semitik dengan istilah kalimah sawa'. Menurut Cak Nur, kalimah sawa' adalah kalimat ide atau prinsip yang sama di antara agama-agama semitik yang diistilahkan dengan common platform.

Proyek common platform Cak Nur secara epistemologis semakin rancu ketika ia memaknai al-Islam sebagai sikap pasrah. Kesimpulan dia, Yahudi dan Kristen pun disebut al-Islam karena mereka juga pasrah kepada Tuhan Yahweh atau Elohim. Cak Nur mendasarkan pandangannya dengan ayat Al Qur'an surat al-Ma'idah :44 "Kamilah yang menurunkan Taurat. Yang ada petunjuk dan cahaya di dalamnya. Bagi orang beragama Yahudi. Dengan (aturan-aturan Kitab) itulah Nabi-Nabi berserah diri (kepada Tuhan)". Penggalan ayat tersebut bagi Cak Nur merupakan sinyal Al Qur'an bahwa terdapat titik temu ajaran agama-agama semitik.

Kesatuan yang dimaksud oleh kaum Pluralis sebenarnya kesatuan Tuhan, bukan kesatuan agama. Seperti yang dikatakan Paul Tillich – tokoh Kristen yang pluralis –, dimensi ajaran masing-masing berbeda, akan tetapi titik kesatuannya terdapat pada kesamaan Tuhan. Karena berbeda ajaran, maka jarak perbedaan itu tidaklah signifikan. Perbedaan itu, menurut kaum pluralis seperti perbedaan antar madzhab dalam Islam (perbedaan furu'). Mengutip pendapat Kamill Najjar dari kitab al-Tasyabuh wa al-Ikhtilaf, dalam buku Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis al-Qur'an menulis bahwa perbedaan Islam dan Yahudi seperti perbedaan fikih di antara para imam madzhab.

Kesatuan yang dimaksud oleh kaum Pluralis sebenarnya kesatuan Tuhan, bukan kesatuan agama.


Pandangan tersebut dikokohkan dengan ayat Al Qur'an:

لِكُلِّ جَعَلْناَ مِتْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَجاً وَلَوْ شَاءَ اللّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الخَيْرَات إِلىَ اللّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَخْتَلِفُوْنَ.

"Untuk tiap-tiap umat diantara kamu. Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS. Al-Maidah: 48)

Baik pandangan Nurcholis Madjid atau buku Argumen Pluralisme Agama yang mendasarkan ayat-ayat Al Qur'an seperti tersebut di atas, dari sisi ilmiah cukup rapuh. Penggunaan kalimah sawa' seperti yang digunakan Cak Nur juga tidak sesuai dengan asbabun nuzul dan makna yang dikandung ayat tersebut.

Ayat tersebut (QS. Ali Imran: 64), turun ketika Rasulullah SAW berdiskusi dengan Nasrani Najran. Keterangan-keterangan yang disampaikan Nabi SAW tidak diterima oleh utusan Nasrani Najran, Rasulullah pun mengajak mubahalah, akan tetapi ajakan terakhir ini juga ditolak, karena mereka takut binasa. Akhirnya mereka lebih memilih membayar jizyah. Pada waktu itu Rasulullah SAW sangat mengharapkan mereka mau memeluk agama Islam. Maka turunlah ayat ini yang inti kandungannya agar Nabi SAW meninggalkan cara jidal, sebab cara jidal ternyata tidak membuat mereka sadar masuk Islam.

Sedangkan Imam Al-Qurtubiy dalam tafsirnya meriwayatkan, bahwa ayat tersebut turun ketika sekelompok Nasrani Najran dan Yahudi berselisih dan saling mengklaim sebagai pengikut Nabi Ibrahim. Orang Nasrani mengakatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah seorang Nasrani dan Yahudi mengklaim bahwa agama Ibrahim adalah Yudaism, mereka menjadi bangsa yang paling utama disebabkan oleh Nabi Ibrahim. Lalu, Rasulullah SAW menengahi dan bersabda:”Tiap dua golongan itu (Yahudi dan Nasrani) berlepas diri dari Nabi Ibrahim dan agamanya. Akan tetapi Nabi Ibrahim adalah seorang muslim hanif dan aku (setia) pada agamanya (agama Ibrahim), maka ikutlah agamanya, yaitu agama Islam.

Jadi, ayat tersebut sama sekali tidak mengajak persamaan antara agama ahl al-kitab, justru kalimah sawa' yang dimaksud adalah mengajak kepada agama Islam – yaitu agama yang menyembah Allah Yang Maha Esa, bukan menyembah Yahweh atau Elohim. Dalam ayat tersebut Rasulullah SAW malah mengajak penganut Yahudi dan Kristen untuk kembali kepada agama Tauhid, yaitu agama yang dibawa oleh nabi-nabi mereka.

Kalimah sawa' yang dimaksud adalah mengajak kepada agama Islam, yaitu agama yang menyembah Allah Yang Maha Esa, bukan menyembah Yahweh atau Elohim.


Imam Nawawiy al-Jawi al-Bantani mengutip pernyataan tegas Ibnu Anbary ketika mengomentari surat Al-Ma'idah ayat 44 – ayat yang diklaim Nurcholis Madjid bahwa Yahudi sebenarnya juga Islam - : “(Ayat) ini menolak terhadap (klaim) Yahudi dan Nasrani, karena sebagian di antara mereka mengatakan: "Para nabi semuanya adalah Yahudi atau Nasrani. Maka Allah SWT menjawab dengan ayat tersebut (QS. Al-Mai'dah: 44). Tegasnya, sesungguhnya para Nabi itu tidak Yahudi atau Nasrani akan tetapi mereka adalah muslim – yang tunduk pada semua hukum Allah SWT”.

Jadi menurut Ibn Anbari, ayat tersebut menjelaskan bahwa agama para Nabi itu bukan Yahudi dan Kristen, akan tetapi para nabi adalah termasuk Muslim. Maka, common platform yang digagas kaum pluralis secara ilmiah lemah karena hanya berdasarkan asumsi-asumsi yang tak berdasar. Sebab, dari data-data di atas ternyata asumsi-asumsi yang dibangun justru berkebalikan dengan literatur-literatur primer. Maka, semestinya penggunaan istilah/terminologi dikembalikan kepada asalnya. Term kalimat sawa' contohnya adalah istilah qur'ani yang memiliki konsep tersendiri, jika term tersebut digunakan, maka konsepnya harus sesuai dengan aslinya yaitu Al Qur'an.

Agama para Nabi itu bukan Yahudi dan Kristen, akan tetapi para nabi adalah termasuk Muslim.

Proyek common platform atau kalimat sawa' seperti tersebut di atas meniscayakan suatu pandangan bahwa perbedaan teologis antar agama-agama semitik adalah seperti perbedaan furu'iyah antar madzab. Surat Al-Mai'dah ayat 48 – yang diklaim sebagai sinyal bahwa antara agama semitik memiliki syari'at sendiri-sendiri yang diberi oleh Allah. Ayat itu sama sekali tidak membicarakan perbedaan yang bersifat furu' antara agama Islam dan agama-agama ahl al-kitab.

Tentang penafsiran surat Al-Ma'idah ayat 48 tersebut, Seikh Nawawi al-Jawi al-Bantani cukup jelas menggambarkan makna inti ayat tersebut: ”Maka Taurat adalah syari'at untuk umat tertentu yang hidup dari masa Nabi Musa sampai diutusnya Nabi Isa. Injil adalah syari'at (untuk umat) yang hidup pada masa diutusnya Nabi Isa sampai diutusnya Nabi Muhammad SAW, dan Al-Qur'an adalah syari'at yang diperuntukkan semua makhluk pada zamannya SAW sampai hari kiamat.

. . . Al-Qur'an adalah syari'at yang diperuntukkan semua makhluk pada zamannya SAW sampai hari kiamat.”

Keterangan Seikh Nawawiy di atas menunjukkan, hakikatnya syari'at-syari'at umat terdahulu (syar'u man qablana) merupakan satu kesatuan dan bersifat temporal. Sebab, syari'at satu nabi diteruskan dan disempurnakan oleh nabi setelahnya. Hal ini logis, karena agama mereka satu – yaitu agama Tauhid, yang oleh Ibnu Taimiyah diistilahkan Islam 'am. Akan tetapi, setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul, syari'at itu disempurnakan oleh syari'at baru yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Syari'at ini bersifat abadi-universal, berlaku sampai hari kiamat dan diperuntukkan bagi seluruh umat.

Senada dengan Syeikh Nawawi, Ibn al-'Arabi dalam Futuhat mengatakan para Rasul ditutus dengan membawa syari'at yang berbeda secara berurutan (tatabu') dalam zaman dan ahwal yang berbeda, akan tetapi dalam masalah ushul mereka sama sekali tidak berbeda – seperti mengesakan Allah. Hukum para Nabi itu menurut Ibn al-'Arabi juga bersifat temporal, yakni habis masa berlakuknya dengan datangnya Rasul lain dengan membawa hukum baru. Hal ini sesuai dengan Firman Allah surat Al-Ra'd: 38 bahwa menurunkan tiap-tiap masa kitab suci, yang menghapus apa yang Dia kehendaki. Maka menurut Ibn al-'Arabi syari'ah yang datang kemudian menghapuskan masa berlakunya syari'ah yang terdahulu (syar'u man qablana). Maka barang siapa yang hidup di zaman sesudahnya, maka ia wajib mengikuti syar'iah yang baru tersebut.

Maka, benarlah bahwa Al Qur'an membenarkan (mushaddiq) kitab-kitab dan syari'at terdahulu, sebab mereka semua adalah dari Allah dan muslim. Akan tetapi bukan berarti Al Qur'an kemudian membenarkan Yahudi dan Kristen. Dalam surat al-Maidah ayat 48 Allah berifirman: ”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan.”

Ibnu 'Asyur mengatakan, maksud Al Qur'an sebagai mushaddiqan adalah bahwa kitab-kitab samawi terdahulu mengandung al-huda (petunjuk) yang didakwahkan oleh kitab-kitab tersebut. Syeikh Nawawi al-Jawi memaknai al-huda dalam ayat tersebut adalah kabar gembira tentang Nabi Muhammad SAW. Sedangkan kalimat muhaiminan dalam ayat tersebut menurut Ibn Katsir berarti hakim. Yakni Al-Qur'an berposisi sebagai hakim yang bertugas mengawasi dan memvonis kitab-kitab sebelumnya.

Muhaiminan : Al-Qur'an berposisi sebagai hakim yang bertugas mengawasi dan memvonis kitab-kitab sebelumnya.

. . . apa saja dari kitab-kitab terdahulu yang sesuai dengan Al Qur’an maka itu adalah benar dan bila kitab itu bertentangan dengan kitab suci Al Qur’an maka berarti kitab-kitab itu batil.


Pendapat hampir sama dikemukanan Ibnu Jarir. Beliau mengatakan yang dimaksud Al Qur’an adalah muhaimin adalah bahwa Al Qur’an sebagai aminun yakni, apa saja dari kitab-kitab terdahulu yang sesuai dengan Al Qur’an maka itu adalah benar dan bila kitab itu bertentangan dengan kitab suci Al Qur’an maka berarti kitab-kitab itu batil. Pendapat Ibnu Jarir ini dibenarkan oleh ulama-ulama lain seperti, Qatadah, dan Imam Mujahid. Jadi dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut bukan membenarkan Kitab suci agama Yahudi dan kitab suci Kristen. Karena, dalam perspektif Al Qur’an kitab-kitab agama ahl al-kitab sudah mengalami penyimpangan.

Al Qur'an cukup jelas memberi arahan mengenai status agama para nabi. Para nabi di dalam Al Qur'an disebut muslim, yang berarti agama mereka adalah Islam. Seperti QS. Yunus 71-72, menyebut Nabi Yunus sebagai seorang muslim, Nabi Ibrahim bukanlah Yahudi atau Kristen akan tetapi muslim dapat dilihat di dalam QS. Ali Imran: 67, dan semua nabi-nabi dari Bani Israil adalah muslim (Lihat QS. Yunus:84, QS An-Naml:44, dan Ali Imran:52). Imam Ibnu Taimiyah dalam al-Jawab al-Shahih liman Baddala din al-Masih menyatakan bahwa agama yang diridlai Allah adalah hanya Islam – yakni agama yang dipeluk oleh para nabi pertama hingga nabi terakhir.

Para nabi di dalam Al Qur'an disebut muslim, yang berarti agama mereka adalah Islam. . . agama yang dipeluk oleh para nabi pertama hingga nabi terakhir.

Ayat-ayat dan hadis tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesatuan substansi wahyu antara para Nabi, yaitu berupa ajaran Tauhid menyembah Allah Yang Esa dan menjauhi Thaqhut. Ibnu Taimiyah menyebut agama para Nabi sebelum nabi Muhammad SAW adalah al-Islam al-'am (Islam Universal). Al-Islam al-'Am itu menurut Ibnu Taimiyah adalah agama Nabi Adam sampai Nabi Isa, akan tetapi, nama itu menjadi al-Islam ketika nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul. Al-Islam yang dibawa nabi Muhammad merupakan penyempurna ajaran nabi-nabi sebelumnya (al-Islam al-'am).

Para Nabi termasuk nabi Musa dan Isa tidaklah beragama Yahudi atau beragama Kristen. Karena ajaran kedua nabi itu telah ditinggalkan jauh oleh kaum bani Israel. Agama Yahudi, menurut Prof. Dr. Muhammad as-Syarqawi, Dosen Filsafat Islam dan Perbandingan Agama, Universitas Kairo yang juga pakar kitab Talmud dalam Kitab Israil al-Aswad bukanlah agama Musa atau agama Ya'kub – sebagaimana yang diklaim. Sejatinya doktrin-doktrin utama agama Yahudi bersumber dari kitab Talmud.

Agama Yahudi bukanlah agama Musa atau agama Ya'kub. . . agama Yahudi bersumber dari kitab Talmud. . . Talmud ditulis oleh para rabi

. . . agama Yahudi telah dibangun asas-asasnya oleh para Rabbi – bukan berdasarkan wahyu yang diterima oleh nabi Musa

. . . Bahkan oleh mereka, syari'at Nabi Musa kedudukannya lebih rendah dari kitab karangan mereka (Talmud).

Kitab Talmud adalah kitab suci kedua agama Yahudi setelah Torah (Perjanjian Lama) yang penuh kontroversial. Bagi Yahudi, Talmud posisinya paling utama, ia adalah undang-undang lisan untuk bangsa Yahudi yang berfungsi menafsirkan semua pengetahuan, ajaran, undang-undang kehidupan, moral dan budaya bangsa Israel, sedangkan undang-undang tertulisnya adalah Torah (Perjanjian Lama). Meski kitab Talmud datang setelah Taurat, namun kedudukannya lebih suci dari Torah.

Seorang Rabbi Yahudi, Rabbi Roski, secara eksplisit mengakui bahwa Talmud ditulis oleh para rabi. "Jadikanlah perhatianmu kepada ucapan-ucapan para rabi (Talmud) melebihi perhatianmu kepada syari'at Musa (Taurat)", kata Roski.

Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa agama Yahudi telah dibangun asas-asasnya oleh para Rabbi – bukan berdasarkan wahyu yang diterima oleh nabi Musa. Bahkan oleh mereka, sebagaimana ditegaskan oleh Rabbi Roski tadi, syari'at Nabi Musa kedudukannya lebih rendah dari kitab karangan mereka (Talmud).

Kekurang validan undang-undang Lisan (Talmud) itu semakin nampak ketika ternyata diantara para pemimpin Yahudi terlibat perselisihan tentang isi undang-undang. Hal ini pada akhirnya mendorong para pemimpin Yahudi untuk menyusun kompilasi Hukum Lisan masing-masing. Richard Elliot Friedman, penulis buku Who Wrote the Bible mengakatakan kitab Taurat (the Book of Torah) merupakan teka-teki paling tua, dalam kitab tersebut tidak ditemukan ayat yang menjelaskan Musa adalah penulisnya. Sehingga dipastikan yang menulis adalah orang-orang setelahnya, hal itu diperkuat dengan banyaknya kontradiksi. Hilangnya teks asli dan tiadanya otoritas membuat mereka merasa memiliki hak untuk menentukan kitab yang sebenarnya.

Hal yang sama juga dialami agama Kristen. Penyimpangan terhadap agama Nabi Isa bahkan terjadi sekitar kurang lebih 60 tahun setelah kegaiban Nabi Isa as. Sang aktor yang paling bertanggung jawab terhadap tahrif agama Nabi Isa adalah Paulus. Michael H. Hart, ilmuan terkemuka di AS tegas mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya pendiri agama Kristen. Diantara ajaran baru Paulus yang bertentangan dengan jemaat murid-murid asli Yesus di Yerusalem adalah, ketuhanan Yesus, Tuhan mempunyai anak, pengingkaran terhadap beberapa hukum Taurat, menghalalkan minuman keras, menghalalkan babi, adanya dosa warisan, dan sebagainya.

Sang aktor yang paling bertanggung jawab terhadap tahrif agama Nabi Isa adalah Paulus. .

Michael H. Hart mengatakan bahwa Paulus sesungguhnya pendiri agama Kristen.

Paulus adalah orang Yahudi Persi yang mengaku-ngaku Rasul. Pengakuan Paulus cukup ganjil, sebab sejak Yesus disalib, ia menjadi orang Yahudi yang sangat keras menentang ajaran-ajaran Yesus bahkan melakukan pembantaian terhadap pengikut Yesus. Sehingga, Huston Smith, dalam the Religions of Man menyimpulkan bahwa agama Kristen adalah agama sejarah. Artinya agama Kristen tidak dilandasi lagi oleh wahyu samawi akan tetapi dibentuk oleh para pemukanya yang selalu berubah-ubah. Doktrin-doktrin dogmatis Kristen tersusun 3 abad setelah Nabi Isa diangkat oleh Allah SWT. Pada Konsili pertama di Nicea tahun 325 M yang digagas oleh Kaisar Roma diputuskan kebenaran Tuhan Yesus yang diputuskan melalui voting, teologi resmi Kristen Ortodoks dan kepercayaan-kepercayaan di luar yang ditetapkan Konsili dianggap sebagai herecy (sesat dan bid'ah). Dari sini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kaisar Roma – yang beragama paganisme – sangat berjasa membentuk doktrin baru ajaran Kristen selain Paulus.

Agama Kristen adalah agama sejarah. . .

. . . agama Kristen tidak dilandasi lagi oleh wahyu samawi akan tetapi dibentuk oleh para pemukanya yang selalu berubah-ubah.


Sang Kaisar bahkan dikenal sebagai pemimpin (Imam) paguyuban penyembah Sol Invictus (matahari yang tak terkalahkan). Kaisar menggagas Konsili Nicea konon karena mempunyai agenda tersendiri yaitu menguatkan kekuasaannya. Hal ini semata-mata untuk menghindari konflik antar tiga agama tersebut. Sehingga perpecahan masyarakat yang diakibatkan oleh konflik tiga agama tersebut dapat terhindarkan.

Dari paparan singkat di atas, maka tidak logis jika dikatakan bahwa Yahudi dan Kristen masuk kategori agama samawi dan millah Ibrahim. Sebab kenyataannya, bahkan pengakuan dari pemuka agama mereka sendiri, ajaran otentik mereka terputus semenjak ditinggalkan oleh nabi-nabi mereka.

. . . Tidak logis jika dikatakan bahwaYahudi dan Kristen masuk kategori agama samawi dan millah Ibrahim.

Patung Budha Gus Dur: Resiko Pluralisme, Kiyai Disamakan dengan Budha

MAGELANG (voa-islam.com) – Kontroversi Gus Dur Bapak Pluralisme Indonesia masih berlanjut, meski Gus Dur sudah berpulang 40 hari yang lalu. Beberapa seniman asal Jawa Tengah menyambut gelar Gus Dur Bapak Pluralisme yang disematkan oleh Presiden SBY di Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis (31/12/2009), dengan memahat patung Budha berkepala Gus Dur.

Ide mem’budha’kan Gus Dur dalam bentuk patung itu bermula dari keinginan para seniman pahat untuk menghormati dan mengenang mendiang Gus Dur sebagai pejuang pluralisme Indonesia. Dari ide itulah, Cipto Purnomo, aktivis Komunitas Seniman Borobudur Indonesia membuat patung Budha berkepala Gus Dur yang diberi tema “Sinar Hati Gus Dur.”

Spontan, patung Gus Dur Budha itu menuai protes dari Dewan Pengurus Pusat Pemuda Theravada Indonesia (DPP PATRIA). Mereka tersinggung karena menganggap patung itu menyerupai Buddha.

"Kami akan mengajukan keberatan kepada seniman Bapak Cipto Purnomo yang telah menghasilkan karya seni ini. Yang mungkin karena ketidaktahuannya, telah merendahkan figur dari Guru Agung kami dan juga Guru Agung Dunia," kata Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Pemuda Theravada Indonesia (DPP PATRIA) Tanagus Dharmawan siaran persnya di Jakarta, Senin (8/1/2010).

Menurut Tanagus, umat Buddha sangat menjunjung tinggi figur Budha. DPP PATRIA juga yakin keluarga mendiang Gus Dur juga berkeberatan.

"Kami pun yakin, keluarga dan para pendukung Bapak KH Abdurrahman Wahid akan berkeberatan akan hal ini, yang sangat terkesan merendahkan figur atau simbol agama Buddha," lanjut Tanagus.

Pematung Gus Dur: Saya Tak Berniat Lecehkan Buddha

Meski patung Gus Dur yang menyerupai Buddha diprotes oleh umat Buddha, namun sang pematung, Cipto Purnomo, mengaku tidak berniat melecehkan Buddha.

"Saya saat menciptakan patung itu melihat bahwa patung itu adalah bentuk simbolis. Bukan maksud dan tujuan saya untuk melecehkan agama tertentu," tegas Cipto di rumahnya, di Desa Blangkunan, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (8/2/2010).

Cipto berkilah bahwa apa yang dilakukannya bukanlah pelecehan kepada Budha, tapi justru bentuk pujian kepada Budha, karena dia melihat adanya nilai-nilai kebaikan yang sama-sama muncul dari Buddha dan sosok Gus Dur.

"Gus Dur seperti kita ketahui, dengan umat lain tidak memusuhi, malah terjalin hubungan yang baik. Apalagi di negara kita banyak agama dan kepercayaan yang bisa diterima," tegas Cipto.

Kekaguman Cipto terhadap Budha memang tak perlu diragukan lagi. Tahun 2009 lalu, Cipto adalah meraih rekor MURI sebagai pembuat patung Buddha terkecil di Indonesia berukuran 8x4x5 mm dari emas.

Cipto menceritakan, awal mula membuat patung ini adalah ajakan dari pemilik Studio Mendhut, Sutanto, dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya Gus Dur. "Seminggu sebelum acara dilangsungkan di Studio Mendut, saya dihubungi Pak Tanto untuk membuat patung," tegas guru SMP Muhammadiyah 1 ini.

Setelah memperoleh ide dan imajinasi, dia memilih sosok Buddha. Menurutnya, karya seni tercipta secara subjektif dari seniman itu berdasarkan imajinasi dan hasil pengamatan di lingkungannya.

"Saya dekat dan dibesarkan di lingkungan Candi Borobudur. Siapa yang tidak kenal dan tidak mengaguminya," tegas Cipto.

Keluarga dan pendukung Gus Dur tak keberatan Gus Dur di”Budha”kan

Meski patung Gus Dur Budha itu kontroversial, namun keluarga Gus Dur sama sekali tidak keberatan dan bisa memakluminya sebagai bentuk ekspresi seni.

"Kita tangkap itu sebagai bentuk kecintaan seniman kepada Gus Dur," kata menantu Gus Dur, Dhohir Farisi, Senin (8/2/2010).

Memang diakui Dhohir, tidak ada dari panitia atau seniman yang bersangkutan meminta izin mau membuat patung tersebut. Namun keluarga tidak mempermasalahkan.

"Tidak ada keberatan apa pun. Ya sudahlah, itu ekspresi seni," kata Dhohir.

Suami Yenny Wahid ini menambahkan sudah diinformasikan oleh para seniman, mereka akan kembali mengadakan kegiatan serupa di Magelang untuk memperingati 100 hari wafatnya Gus Dur. Menurutnya, publik masih belum banyak tahu kalau Gus Dur juga dekat dengan komunitas seni.

"Selain sebagai kyai dan mantan presiden, beliau juga pernah menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta," kata Dhohir.

Bagaimana tanggapan Yenny Wahid soal patung Gus Dur itu? "Yenny juga sudah lihat gambarnya. Kita ketawa saja, ada patung Gus Dur pakai peci putih dll. Inilah ekspresi seni," pungkasnya.

...Meski meyakini bahwa Gus Dur adalah Wali Allah, namun Nuril tidak mempermasalahkan jika ada seniman yang ingin membuat patung Gus Dur dalam bentuk apapun...

Dukungan patung Gus Dur berbadan Budha juga disampaikan oleh Gus Nuril, mantan komandan pasukan berani mati untuk Gus Dus. Meski meyakini bahwa Gus Dur adalah Wali Allah, namun Nuril tidak mempermasalahkan jika ada seniman yang ingin membuat patung Gus Dur dalam bentuk apapun, namun Nuril tidak mempermasalahkan jika ada seniman yang ingin membuat patung Gus Dur dalam bentuk apapun.

"Mau dipatungkan dalam bentuk apapun silakan, itu hak mereka," tambahnya.

Resiko tokoh Islam berpaham Pluralisme

Menengahi kontroversi patung Gus Dur Budha tersebut, Abdurrahman Yusuf Chodori mengatakan, berbagai cara telah dilakukan masyarakat untuk tetap menghidupkan nilai-nilai yang diajarkan Gus Dur. Antara lain pluralisme, humanisme dan kebangsaan.

"Melalui para seniman, mencoba menuangkan ide kreatif tersebut melalui seni rupa dan patung," kata Yusuf.

Yusuf menjelaskan bahwa para seniman sama sekali tidak bermaksud melecehkan Budha, tapi hanya mengabadikan pluralisme Gus Dur dalam bentuk patung.

"Sebetulnya niatan dari teman-teman seniman Magelang itu untuk menggambarkan tentang betapa sangat pluralisnya Gus Dur tanpa maksud lebih dari itu," kata Gus Yusuf di Solo, Senin malam (8/22010).

"Waktu itu saya dimintai komentar dan saya pun menjawab Gus Dur tidak hanya milik orang Islam dan jika dilihat dari ekspresi seni itu wajar dan sah-sah saja," lanjut dia.

...Apakah atas nama pluralisme dan seni, apakah orang diperbolehkan membuat patung badan Hanoman berkepala Gus Dur, padahal dalam pewayangan Hanoman berwujud kera putih...

Meski para pemahat patung itu tidak menjelaskan secara detil tentang paham pluralisme, tapi dari ekspresi patung Budha Gus Dur itu dapat ditangkap bahwa pluralisme menurut mereka adalah menyatukan (baca: mengoplos) paham suatu agama dengan agama lainnya. Makanya mereka patungkan KH Abdurrahman Wahid dalam bentuk sinkretisme antara kepala Gus Dur (Islam) dengan badan Budha (non Islam). Ini bisa diterjemahkan bahwa pluralisme menurut mereka adalah sinkretisme (penyampuradukan) antara Islam dan Budha, sehingga Gus Dur –yang ditokohkan sebagai ulama Nahdiyin– itu berkaki, bertangan, berbadan dan berhati nurani Budha tapi berotak Islam.

Atas nama pluralisme dan ekspresi seni yang menganggap Gus Dur sebagai milik semua agama, maka divisualisasikan dalam bentuk patung Budha berkepala Gus Dur.

Lantas bagaimana jika para penggemar pewayangan yang mengidolakan pluralisme Gus Dur mengekspresikannya sebagai pahlawan kaum tertindas seperti tokoh Hanoman? Apakah atas nama pluralisme dan seni, mereka juga diperbolehkan membuat patung badan Hanoman berkepala Gus Dur, padahal dalam pewayangan Hanoman berwujud kera putih? [taz, dari berbagai sumber]

Heboh!! VCD 'Gus Dur Dibaptis Pendeta' Diputar di Surabaya

SURABAYA (voa-islam.com) – Di tengah perjuangan para pengagum mendiang mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk menjadikannya sebagai Pahlawan Nasional, muncul dinamika dari para penentang Gus Dur. Isu agama menjadi pemicunya.

Di Jawa Timur, daerah basis massa Nahdiyin, VCD "Pembaptisan Gus Dur oleh Pendeta" diputar dalam sebuah kajian keagamaan di pusat kota Surabaya.

Namun kebenaran video itu dibantah oleh pengasuh Pesantren Mahasiswa An Nur, Wonocolo, Surabaya, KH Imam Ghozali Said. Hal itu dikemukakan menanggapi pengakuan aktivis masjid yang hampir mempercayai video itu karena ada alkitab di atas kepala Gus Dur.

Menurut Ghozali yang juga dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya itu, acara yang disebut dengan pembaptisan itu terjadi di sebuah stadion olah raga.

"Gus Dur saat itu dipanggil seorang pendeta untuk didoakan, tapi Gus Dur tidak melihat apa yang terjadi bila ada kegiatan yang mirip pembaptisan. Kalau Gus Dur dekat dengan kalangan non-muslim memang begitu adanya, tapi Gus Dur membantah bila ada pembaptisan itu. Kalau ada kegiatan mirip pembaptisan, maka Gus Dur tidak melihatnya," katanya.

"Kalau Gus Dur dekat dengan kalangan nonmuslim memang begitu adanya, tapi Gus Dur membantah bila ada pembaptisan itu. Kalau ada kegiatan mirip pembaptisan, maka Gus Dur tidak melihatnya," imbuhnya.

Oleh karena itu, katanya, kasus pembaptisan itu tidak selayaknya dipersoalkan lagi ketika Gus Dur sudah meninggal dunia.

Bukan dibaptis, tapi pemberkatan "dalam nama Yesus" supaya matanya bisa melihat kembali

Sebenarnya, VCD Gus Dur yang disebut-sebut sebagai VCD pembaptisan itu kurang tepat, karena memang bukan acara pembaptisan. Kasus video ’Gus Dur Dibaptis’ ini beredar sejak tujuh tahun silam.

Menjelang disahkannya RUU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pada tanggal 12-16 Mei 2003 umat Kristiani mengadakan National Prayer Conference (NPC) dengan tema “Indonesiaku, Kesatuan Umat Menuju Transformasi Bangsa” di Istora Senayan, Jakarta. Salah satu pembicara dalam acara tersebut adalah Gus Dur, bekas presiden RI. Rekaman pidato Gus Dur dalam acara tersebut beredar luas ke masyarakat dan menghebohkan media.

Dalam VCD yang ada di redaksi voa-islam.com, seperti kebiasaan dan ciri khasnya, di tengah pertarungan aspirasi umat Islam dan Kristiani soal pro-kontra RUU Sisdiknas, Gus Dur dalam pidatonya mendukung aspirasi Kristen. Saat dukungan itu terlontar dari mulut Gus Dur, seluruh jemaat Kristiani serempak bertepuk tangan riuh memberikan aplaus dengan wajah-wajah penuh suka cita.

..Gus Dur dalam pidatonya mendukung aspirasi Kristen. Saat dukungan itu terlontar dari mulut Gus Dur, seluruh jemaat Kristiani serempak bertepuk tangan riuh memberikan aplaus dengan wajah-wajah sumringah...

Kurang jelas di mana posisi i'tiqad Gus Dur pada malam itu, karena dia memakai kata ganti (pronomina) “kita” untuk menyebut dirinya dan jemaat Kristen yang hadir. Sedangkan untuk umat Islam yang memperjuangkan RUU Sisdiknas (yang tidak hadir dalam acara), Gus Dur memakai kata ganti “mereka.” Dan Gus Dur menilai umat Islam sebagai orang yang "belum mengerti" dan berada di "jalan yang salah" sehingga harus didoakan supaya kembali ke jalan yang benar.

“Merekalah yang harus kita didik kembali. Mereka bukan musuh kita. Mereka telah melakukan apa yang telah diperbuat karena mereka tidak tahu. Karena itu, kita yang mengetahui hal ini harus mengerti benar bagaimana mendidik kembali saudara-saudara kita… Saya harapkan anda semua memanjatkan doa kepada Tuhan, agar saudara-saudara kita yang belum mengerti itu kembali ke jalan yang benar,” kata Gus Dur.

Usai memberikan pidato, moderator minta izin kepada Gus Dur untuk mendoakannya (tentunya doa kristiani dalam nama Yesus). Gus Dur menjawab dengan anggukan kepala tanda bahwa dia setuju. Lalu, dengan penuh semangat, MC mengatakan bahwa lebih dari sepuluh ribu pendeta, hamba Tuhan dan umat Kristiani akan berdoa memberkati Gus Dur sebagai “Bapak Bangsa.”

..Usai memberikan pidato, moderator minta izin kepada Gus Dur untuk mendoakannya --tentunya doa kristiani dalam nama Yesus. Gus Dur menjawab dengan anggukan kepala tanda bahwa dia setuju...

Pendeta Sudi Darma kemudian memulai memimpin doa dengan mengangkat tangannya ke atas kepala Gus Dur seolah memberikan berkat dan kekuatan kepada Gus Dur. Seluruh Jemaat pun mengiringi doa dengan berdiri sambil mengangkat tangan kanan dan mengarahkan telapak kanan ke arah Gus Dur, seolah-olah sedang memberikan suatu mukjizat kepada Gus Dur.

Pendeta Sudidarma pun memberkati Gus Dur dalam nama Yesus:

“Halleluyah. Allah Bapak yang bertahta di dalam kerajaan sorga. Pada malam ini kami bawa, Tuhan, Gus Dur ke dalam tanganmu. Kami mohon berkatmu atasnya, ya, Tuhan… Berkati Gus Dur, Tuhan, dalam segala kegiatannya hari-hari ini. Berkati kesehatannya… Tuhan, bukan lagi matahari yang menjadi penerang baginya. Tapi Engkau sendiri yang menjadi penerang abadi baginya, Tuhan… Kami minta belas kasihmu atas hamba-Mu ini. Berkat-Mu turun atasnya, Tuhan. Terima kasih Tuhan. Berkatmu atas Gus Dur. Terima kasih Bapak. Kami berdoa kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi, Allah yang kami puji dan kami sembah di dalam nama Kristus Yesus. Halleluyah. Amen!!

Sampai di sini, dalam VCD tersebut Gus Dur tak terlihat protes, keberatan maupun tidak setuju dengan ritual Doa dalam Nama Yesus. Gus Dur nampak khidmat mengikuti ritual berikutnya.

Pemberkatan dan penyembuhan mata Gus Dur dalam nama Yesus kemudian dilanjutkan oleh Rev. Cindy Jacob, pendeta wanita asal Amerika. Cindy pun berdoa dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh seorang pendeta.

Sebelum berdoa, Cindy berceramah singkat: “Kita tahu bahwa Yesus adalah penyembuh yang terbesar yang pernah hidup di atas muka bumi ini. Jadi, sesuai dengan apa yang kita percayai dalam Alkitab, kita akan menumpangkan tangan kita kepada Gus Dur. Kita akan minta Tuhan Yesus lakukan mukjizatnya sekali lagi malam ini. Kita akan minta Tuhan melindungi hidupnya.”

Kemudian Cindy berdoa: “Bapak di dalam nama Yesus. Kami minta Engkau menyembuhkan mata Gus Dur. Kami minta mulai hari ini matanya mulai tersembuhkan. Buka matanya, Tuhan. Bapak kami berdoa di dalam nama Yesus. Mulai hari ini, Tuhan. Engkau mulai membuka matanya dan lakukan mukjizat-Mu di dalam nama Yesus. Amen.” Usai berdoa, Cindy menumpangkan tangannya ke atas pundak Gus Dur yang diiringi penutup oleh MC: “Tepuk tangan buat Bapak di surga.” Seluruh jemaat bertepuk tangan seolah menanti mukjizat penyembuhan atas kedua mata Gus Dur yang sudah buta.

Ternyata, usai acara, Gus Dur tetap tidak terbuka matanya. Bukan mukjizat penyembuhan dalam nama Yesus yang datang kepadanya, melainkan dua orang berbadan besar datang menuntun Gus Dur sambil memberikan tongkat kepadanya.

..Kita tahu bahwa Yesus adalah penyembuh yang terbesar. Jadi, sesuai dengan apa yang kita percayai dalam Alkitab, kita akan menumpangkan tangan kita kepada Gus Dur. Kita akan minta Tuhan Yesus lakukan mukjizatnya...

Bukan yang pertama dan satu-satunya

VCD rekaman Gus di gereja itu bukan yang pertama dan satu-satunya. Sebelumnya, ketika masih menjabat sebagai Presiden RI, Gus Dur tampil satu mimbar bersama Rev. Morris Cerullo, pendeta Yahudi-Amerika, dalam acara Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di Stadion Utama Senayan (28-29/6/1999).

Gus Dur tidak sendiri hadir dalam acara ini, tapi didampingi istrinya, Sinta Nuriya yang hadir dengan penampilan khas, berkerudung di atas kursi rodanya.

Dalam pidatonya, Gus Dur mengajak audiens untuk meneladani ajaran kasih sayang dan kesabaran Yesus Kristus. Usai berpidato, Gus Dur yang mengalami cacat mata dan istrinya yang mengalami cacat kelumpuhan, didoakan oleh Pendeta Morris Cerullo dan semua jemaat yang hadir. Ia berdoa dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan oleh seorang pendeta Indonesia:

”Tuhan, berkati Presiden Gus Dur. Tuhan, berkati Ibu Negara, Ibu Nuriya. Semua yang percaya katakan Amen. Dan berikan tepuk tangan yang mulia bagi kemuliaan Tuhan. Orang-orang buta melihat, orang-orang tuli mendengar, orang-orang lumpuh berjalan.”

Usai doa kristiani yang dipimpin oleh pendeta luar negeri dan diaminkan oleh ribuan jemaat itu, Gus Dur meninggalkan acara dengan dituntun oleh sang ajudan, diikuti istrinya yang duduk di kursi roda, didorong oleh ajudan.

..Dalam acara Natal Nasional yang disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi nasional itu, Gus Dur menyatakan bahwa semua penafsiran Al-Qur’an menyatakan bahwa Sang Juru Selamat adlah Isa Almasih (Yesus Kristus)...

Enam bulan berikutnya, tepatnya tanggal 27 Desember 1999, Gus Dur kembali mengeluarkan pernyataan kontroversi. Dalam acara Natal Nasional yang disiarkan langsung oleh beberapa stasiun televisi nasional itu, Gus Dur menyatakan bahwa semua penafsiran Al-Qur’an menyatakan bahwa Sang Juru Selamat adalah Isa Almasih (Yesus Kristus). Sayangnya, pernyataan ini tak bisa ditanggapi secara ilmiah karena Gus Dur tidak menyebutkan satu ayat pun yang dimaksudnya, dan tidak menyebut kitab tafsir mana yang dibacanya.

Sebagai seorang kiyai besar, kesediaan Gus Dur untuk mengikuti ritual kristiani untuk pemberkatan dan penyembuhan mata dalam nama Yesus, memang tidak bisa dibenarkan dalam kacamata aqidah. Demikian pula, pernyataan Gus Dur bahwa satu-satunya Sang Juru Selamat adalah Isa Almasih (Yesus Kristus), sama sekali tidak bisa dibenarkan, karena tak ada ayat yang mendukungnya.

Fakta-fakta tersebut hendaknya digarisbawahi oleh para pengagum Gus Dur. Apakah layak orang yang amalannya seperti itu dikultuskan? [taz/dari berbagai sumber]

In Memoriam Gus Dur dan Polemik Kitab Cabul

By: A. Ahmad Hizbullah MAG (ahmadhizbullah@gmail.com)

Belakangan, kontroversi Gus Dur murtad mengemuka setelah Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di hadapan ribuan jamaah pengajian di Masjid Ramadhan Bekasi, Ahad (3/1/2009), menyebut Mr Dur sebagai orang murtad. Salah satu alasan Ustadz Ba’asyir menyatakan Mr Dur Murtad adalah pernyataan Gus Dur pada tahun 2006 yang menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab Suci paling porno di dunia. Statemen yang pertama kali dipublish oleh muslimdaily.net dengan judul "Ustad Abu: Mr Dur itu Murtad" itu mendapat tanggapan berbagai pihak dan meramaikan dunia maya.

Terlepas dari polemik apakah Mr Dur alias Gus Dur itu murtad atau tidak, dalam artikel ini penulis mengajak pembaca untuk menengok kembali ke belakang, soal kontroversi ”Al-Qur’an Porno” yang ditudingkan Gus Dur itu. Artikel ini pernah dimuat di Majalah Tabligh yang diterbitkan oleh Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah (volume 02No. 02 th 2006 M).

Kontroversi ”Al-Qur’an porno” ini bermula ketika dalam sebuah wawancara yang direlease dalam situs Islam Liberal, dengan beraninya Gus Dur menghina Al-Qur‘an sebagai kitab suci terporno di dunia. “Sebaliknya menurut saya. Kitab suci yang paling porno di dunia adalah Al-Qur’an, ha-ha-ha...” katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Menurutnya, kesimpulan ini didukung oleh adanya ayat Al-Qur‘an tentang perintah menyusui bayi hingga berusia 2 tahun. Gus Dur mengomentari ayat yang dimaksud sebagai berikut: “Loh, jelas kelihatan sekali. Di Al-Qur‘an itu ada ayat tentang menyusui anak dua tahun berturut-turut. Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu. Namanya menyusui, ya mengeluarkan tetek kan?! Cabul dong ini. Banyaklah contoh lain, ha-ha-ha...”

Entah tidak hafal atau lupa dengan ayat mana yang dimaksud, sehingga Gus Dur tidak mengutip ayat yang dimaksud. Memang, Al-Qur‘an menyebutkan perintah kepada para ibu untuk menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh. Ayat itu sebagai berikut:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf...” (Qs. Al-Baqarah 233).

..Melihat kata “menyusui” dalam kitab suci, Gus Dur tertawa terkekeh-kekeh sambil melecehkannya sebagai kitab suci terporno di dunia. Lantas, jika Gus Dur membaca puluhan ayat yang menyebut-nyebut buah dada, buah zakar, peler, pantat, menjamah-jamah, memegang-megang buah dada, birahi, memperkosa, dan lain-lain...

Ayat ini tidak dapat disebut cabul. Anggapan Gus Dur bahwa kata “menyusui” identik dengan mengeluarkan tetek, sungguh keliru. Sebab soal aurat itu ada batasan-batasannya. Sehingga perintah menyusui bayi pada ayat di atas tidak bisa dipahami secara parsial lalu ditafsirkan sebagai perintah untuk mengeluarkan tetek lalu diklaim sebagai ayat porno.

Dalam Islam, menyusui bayi itu ada etikanya, antara lain harus tetap menutup aurat, karena dalam surat An-Nur 31 dan Al-Ahzab 59 Allah SWT menyatakan bahwa yang disebut sebagai aurat wanita adalah seluruh anggota badan kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa payudara wanita (istilah Gus Dur, tetek) adalah aurat dan haram ditampakkan kepada orang yang bukan mahramnya.

Tantangan Gus Dur: Bibel tidak ada kata porno

Belum puas menghina Al-Qur‘an sebagai Kitab Suci paling cabul di dunia, kemudian Gus Dur menyanjung Injil, kitab suci Kristiani. “Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu,” tantangnya.

Tantangan ini perlu disambut dengan bijak. Mari kita penuhi tantangan Gus Dur, dengan mencari ayat-ayat porno dalam kitab suci Kristiani. Dalam Bibel, sedikitnya terdapat 13 kata “menyusui” baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dua ayat di antaranya:

“Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya(Keluaran 2:9).

“Berbahagialah ibu yang telah mengandung engkau (Yesus) dan susu yang telah menyusui engkau” (Lukas 11:27).

Kalau adanya kata “menyusui” dalam Al-Qur`an, lalu ditertawakan sebagai kitab suci porno, lantas bagaimana dengan nasib Bibel yang mengoleksi belasan kata “menyusui?”

..Belum puas menyebut Al-Qur‘an sebagai Kitab Suci paling cabul di dunia, kemudian Gus Dur menyanjung Injil, kitab suci Kristiani. “Cari dalam Injil kalau ada ayat seperti itu,” tantangnya...

Mungkin Gus Dur belum membaca ayat-ayat Bibel ini. Padahal, masih banyak kalimat yang benar-benar porno dan vulgar dalam Bibel. Berikut beberapa ayat contohnya:

“Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah Tuhan” (Ulangan 23:1).

“Di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang(Yehezkiel 23:3).

“Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat berahi kepada kekasih-kekasihnya” (Yehezkiel 23:5).

“Pada masa mudanya orang sudah menidurinya, dan mereka memegang-megang dada keperawanannya dan mencurahkan persundalan mereka kepadanya” (Yehezkiel 23:8).

“Oleh karena ia melakukan persundalannya dengan terang-terangan dan memperlihatkan sendiri auratnya (Yehezkiel 23:18).

“Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal, yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda (Yehezkiel 23:20).

“Engkau menginginkan kemesuman masa mudamu, waktu orang Mesir memegang-megang dadamu dan menjamah-jamah susu kegadisanmu” (Yehezkiel 23:21).

“Engkau bersundal dengan orang Mesir, tetanggamu, si aurat besar itu” (Yehezkiel 16:26).

“Betapa besar hawa nafsumu itu, demikianlah firman Tuhan Allah” (Yehezkiel 16:30).

“Aku akan menyingkapkan auratmu di hadapan mereka, sehingga mereka melihat seluruh kemaluanmu (Yehezkiel 16:37).

“Dan melampiaskan hasratnya dengan pencinta mereka, yang pelirnya seperti pelir keledai...” (Yehezkiel 23:20, Bibel tahun 1970).

“...dan orang Etiopia sebagai buangan, tua dan muda, telanjang dan tidak berkasut dengan pantatnya kelihatan, suatu penghinaan bagi Mesir” (Yesaya 20:4).

Sebetulnya, masih banyak ayat-ayat Bibel yang begitu vulgar melukiskan adegan seksual, percabulan, persetubuhan, perkosaan, perzinahan dan fantasi seksual. Tak heran jika Profesor David M Carr menyebutnya dengan istilah “The Erotic Word” (Firman Tuhan yang Erotis).

George Bernard Shaw, kritikus kaliber internasional menyebut Alkitab dengan julukan yang sangat pedas: “The most dangerous book (the Bible) on earth, keep it under lock and key”. (Bibel adalah kitab yang paling berbahaya di muka bumi. Simpanlah kitab ini dalam laci dan kuncilah rapat-rapat).

Bahkan Gene Kasmar mengomentari dan menuangkan kalimat-kalimat panas dalam Bibel itu dalam buku khusus berjudul “All the Obcenities in the Bible” (Berbagai Percabulan dalam Bibel). Dalam buku setebal 488 halaman ini Kasmar membagi ayat-ayat erotis Alkitab menjadi 29 bab. Sebelum memgulas masalah incest dalam Bibel, Kasmar mengutip pendapat Thomas Paine:

“Whenever we read the obscene stories, the voluptuous debaucheries, the cruel and torturous executions, the unrelenting vindictiveness, with which more than half the Bibel is filled, it would be more consistent that we called it the word of a demon, than the word of God. It is a history of wickedness, that has served to corrupt and brutalize mankind; and, for my own part, I sincerely detest it, as I detest everything that is cruel. We scarcely meet with anything, a few phrases excepted, but what deserves either our abhorrence or our contempt...” (Thomas Paine, The Age of Reason, p. 15, pub. 1792).

Melihat kata “menyusui” dalam kitab suci, Gus Dur tertawa terkekeh-kekeh sambil melecehkannya sebagai kitab suci terporno di dunia. Lantas, jika Gus Dur membaca puluhan ayat yang menyebut-nyebut buah dada (alias tetek, kata Gus Dur), buah zakar, peler, pantat, menjamah-jamah, memegang-megang buah dada, birahi, memperkosa, dan lain-lain? Apakah Gus Dur tertawa terbahak-bahak sampai pingsan seraya berkata, “Kitab suci paling porno di seluruh dunia adalah Bibel?” Dos pundi, Gus?

Beda Ulama dan Paus: Gus Dur Orang Murtad atau Guru Perdamaian?

JAKARTA (voa-islam.com) -

Gajah mati meninggalkan gading, macan mati meninggalkan belang. Gus Dur mati meninggalkan kontroversi.

Hampir setengah bulan Gus Dur meninggalkan dunia untuk meneruskan pengembaraannya menuju alam a

khirat. Tapi manusia kontroversi asal Jombang Jawa Timur ini masih meninggalkan polemik yang tak berujung pada titik temu. Di kalangan manusia yang ditinggalkannya, Gus Dur menyisakan perdebatan, apakah beliau orang murtad atau pahlawan perdamaian?

Di mata Kristen, Gus Dur adalah Guru Perdamaian dan Pahlawan Gereja Minoritas. Maka, umat Kristen, baik Protestan maupun Katolik sangat kehilangan dengan kematian Gus Dur. Berita kematiannya sangat mengagetkan para pastur dan pendeta hingga Paus di Vatikan.

Romo Pastur Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengakui kaget dengan kepergian Gus Dur. ”Tiga hari lalu, sebelum operasi, Gus Dur masih telepon dan kami bercanda. Saya tak menduga, ia pergi begitu cepat,” katanya.

Romo Franz Magnis-Suseno, Rohaniwan Katolik dan Guru Besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara sangat mengagumi Gus Dur. Di koran Kompas, Senin, (4/1/ 2010), Franz memuji Gus Dur sebagai nasionalis Indonesia tulen, pluralis pelindung minoritas dan kiyai penikmat lagu Bethoven.

..Romo Franz Magnis-Suseno memuji Gus Dur sebagai nasionalis Indonesia tulen, pluralis pelindung minoritas dan kiyai penikmat lagu Bethoven...

"Betapa luar biasa Abdurrahman Wahid, Gus Dur kita ini! Seorang nasionalis Indonesia seratus persen, dengan wawasan kemanusiaan universal. Seorang tokoh Muslim yang sekaligus pluralis dan melindungi umat- umat beragama lain. Enteng-enteng saja dalam segala situasi, tetapi selalu berbobot; acuh-tak acuh, tetapi tak habis peduli dengan nasib bangsanya. Orang pesantren yang suka mendengarkan simfoni-simfoni Beethoven,” kata Franz dalam tulisannya. ”Kita menyertai arwahnya dengan doa-doa kita agar ia dengan aman, gembira, dan pasti terheran-heran dapat sampai ke asal-usulnya,” lanjutnya.

Di dunia internasional, berita kematian membuat Paus, pimpinan tertinggi Gereja Katolik bersedih hati. Begitu mendengar kabar kematian Gus Dur, Paus Benediktus XVI mengirimkan doa belasungkawa atas wafatnya Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Surat belasungkawa yang dikirimkan khusus dari Vatikan.

"All loving God, we have lost a great statesman who taught about plurality. You have called our father Abdurrahman Wahid who had always taught about peace. This nation needs him,” demikian doa Paus dalam surat belasungkawanya.

Pada acara tahlilan hari ketujuh wafatnya Gus Dur Selasa (5/1/2010), doa Paus Benediktus XVI itu dibacakan oleh Romo Benny Susetyo dalam bahasa Indonesia.

“Ya Allah yang Mahakasih, kami telah kehilangan negarawan yang sangat besar, yang mengajarkan perbedaan. Kau panggil bapak kami Abdurrahman Wahid yang selalu mengajarkan perdamaian. Bangsa ini membutuhkan beliau," ujar Romo Benny membacakan surat Paus Benediktus ke XVI.

Kalangan Protestan juga tak kalah sedihnya mendengar berita kematian Gus Dur. Misalnya, umat Kristen Sulawesi Utara yang sangat kehilangan atas wafatnya Gus Dur, karena menurut mereka, Gus Dur adalah pahlawan minoritas (Kristen).


..umat Kristen Sulawesi Utara yang sangat kehilangan atas wafatnya Gus Dur, karena menurut mereka, Gus Dur adalah pahlawan minoritas (Kristen)...

”Ia adalah tokoh perdamaian dan ’pahlawan’ minoritas. Kami benar-benar kehilangan. Belum ada tokoh setara Gus Dur. Ia pergi meninggalkan semerbak melati,” kata Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa Pendeta AO Supit, Rabu (30/12) di Manado.

Apa yang membuat kalangan Kristen sangat sedih kehilangan Gud Dur? Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta AA Yewangoe mengungkapkan bahwa ia bertemu langsung dengan Gus Dur tiga bulan lalu ketika ada sebuah gereja yang izinnya dicabut wali kota.

”Beliau datang ke Kantor PGI untuk memberikan dukungan. Itu adalah salah satu bukti, beliau menginginkan semua orang di Indonesia memperoleh haknya, hak beribadah,” katanya. Dia melanjutkan, Gus Dur adalah tokoh bangsa yang tidak tergantikan. ”Beliau sangat memerhatikan kerukunan umat beragama di Indonesia,” ujarnya.

Sekte Kristen pun sangat sedih kehilangan Gus Dur

Anehnya, kematian Gus Dur juga menyisakan duka mendalam bagi kaum Mormon, sekte Kristen sesat di Amerika Serikat. Hal Jensen, pemimpin jemaat Gereja Mormon di Salt Lake City, AS, menilai sosok Gus Dur sebagai orang yang mampu menjembatani dialog antariman.

Jensen menggambarkan, hubungan Gus Dur dengan kaum Mormon berkembang hingga ke para pimpinan gereja LDS terutama Presiden Boyd K Packer dari kelompok Kuorum 12. Persahabatan itu juga menjadi jembatan hingga kaum Mormon memiliki sebuah gereja yang lebih besar di Indonesia.

Jensen menambahkan, Gus Dur juga cinta ajaran Mormon. “Bahkan dia (Gus Dur) siap dan bersedia membela gereja. Dia tak pernah ragu-ragu,” tandas Jensen. Sampai-sampai, Jensen maupun Gus Dur saling panggil dengan sebutan ‘brother’.

...Gus Dur juga cinta ajaran Mormon. “Bahkan dia (Gus Dur) siap dan bersedia membela gereja. Dia tak pernah ragu-ragu,” tandas Jensen. Sampai-sampai, Jensen maupun Gus Dur saling panggil dengan sebutan ‘brother’...

Demi membela minoritas (Kristen), Gus Dur rela dimusuhi mayoritas (umat Islam)

Karena sangat mencintai dan menghormati Gus Dur, masyarakat Katolik Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Misa Arwah untuk Gus Dur. Gus Dur dinilai layak dihadiahi Misa Arwah karena semasa hidupnya sangat membela umat Kristen. Misa arwah digelar untuk mendoakan arwah Gus Dur agar diterima di sisi Tuhan dan agar amal perjuangan Gus Dur selama didunia mendapat ganjaran keselamatan dari Tuhan.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dalam keterangan pers-nya, di Kupang, Kamis (31/12/2009), mengatakan, peranan Gus Dur dalam bangsa ini menurutnya sangat strategis. Gus Dur adalah tokoh nasional yang selalu memberi perlindungan dan pembelaan kepada kelompok minoritas. Gus Dur melahirkan gagasan gagasan brilian mengenai hak asasi manusia, demokrasi, dan pluralisme.

Lebih lanjut dikatakannya, demi membela umat Kristen, bahkan Gus Dur sering dimusuhi karena sikapnya yang moderat, demokratis, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Masyarakat NTT tidak dapat berbuat banyak atas kepergian kedua tokoh nasional ini. Hanya doa dan terimakasih yang bisa disampaikan melalui misa arwah, yang rencananya akan digelar pada tanggal 5-6 Januari 2010.

Anehnya, sikap Gus Dur bak malaikat baik dalam membela gereja itu justru membingungkan umat baik Muslim maupun Kristen. Karena mereka merasa aneh, ada apa dengan Gus Dur, sehingga lebih membela minoritas sembari menyakiti umat mayoritas?

...Umat-umat minoritas merasa aman padanya. Ada yang tidak mengerti mengapa Gus Dur begitu ramah terhadap agama-agama minoritas, tetapi sering keras terhadap agamanya sendiri...

Sikap Gus Dur yang pro minoritas Kristen dan kerap menyakiti mayoritas Muslim, disadari juga oleh Romo Franz Magnis-Suseno, di koran Kompas, Senin, (4/1/ 2010), Franz mengungkapkan sbb:

”Gus Dur berhati terbuka bagi semua minoritas, para tertindas, para korban pelanggaran hak-hak asasi manusia. Umat-umat minoritas merasa aman padanya. Gus Dur membuat mereka merasa terhormat, ia mengakui martabat mereka para minoritas, para tertindas, para korban. Ada yang tidak mengerti mengapa Gus Dur begitu ramah terhadap agama-agama minoritas, tetapi sering keras terhadap agamanya sendiri. Namun, Gus Dur demikian karena ia begitu mantap dalam agamanya. Karena itu, ia tidak perlu defensif dan tidak takut bahwa agamanya dirugikan kalau ia terbuka terhadap mereka yang berbeda.”

Gus Dur di Mata Kiyai dan Ulama Islam

Di saat kebanyakan orang mengelu-elukan sosok Gus Dur sebagai Ulama, Kyai, Pahlawan Gereja, Guru Bangsa, Bapak Bangsa di sisi lain ada juga yang mengkritisinya. Di tengah simpati jutaan warga Indonesia dari Presiden, kiyai, santri sampai rakyat jelata terhadap meninggalnya Gus Dur, ternyata ada kiyai dan ulama yang kurang simpati terhadap Gus Dur, bahkan menyebut Gus Dur sebagai orang murtad karena pernyataan dan sikapnya yang dinilai keluar dari aqidah Islam.

Di Madura, sejumlah kiai dan ulama yang dikenal berlawanan pandangan dengan Gus Dur, baik dalam politik dan agama, secara manusiawi tetap mengungkapkan turut berduka cita atas wafatnya mantan presiden RI keempat tersebut. Tapi secara politik dan pemikiran keagamaan, mereka berharap tak ada lagi orang yang nyeleneh seperti Gus Dur.

..Semoga tidak ada lagi kiai nyeleneh secara pemikiran setelah Gus Dur,” ujar KH Kholil Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur..

KH Kholil Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Gunung Jati Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Ia mengaku secara politik dan pemikiran keagamaan berseberangan dengan Gus Dur yang selalu kontroversial. Ia menilai pluralisme agama yang diusung Gus Dur sangat berbahaya bagi umat Islam.

“Semoga tidak ada lagi kiai nyeleneh secara pemikiran setelah Gus Dur,” ujarnya, Rabu (30/12).

Pernyataan paling mengejutkan bagi kalangan pemuja Gus Dur datang dari KH Abu Bakar Ba’asyir. Ulama yang juga amir Jama’ah Anshorut Tauhid ini bahkan tidak mau menyebut Abdurrahman Wahid dengan panggilan ”Gus,” karena menurutnya, di Jawa Timur, panggilan ini sangat terhormat yang hanya pantas disandang oleh para kiyai mulia.

"Maaf, saya tidak memanggil Gus, karena panggilan Gus itu hanya digunakan untuk anak kyai mulia di Jawa Timur", kata pengasuh Pesantren Al-Mukmin Ngruki Solo, di hadapan ribuan jamaah pengajian Ahad 3 Januari 2009, di Masjid Ramadhan Bekasi.

Kiyai kharismatik asal Solo Jawa Tengah ini berpendapat bahwa Abdurrahman Wahid bukan guru bangsa, karena amalan dan ucapannya semasa hidup kerap kali menunjukkan kemurtadan, antara lain menyebut Al-Qur’an sebagai kitab terporno di dunia.

..menurut keyakinan saya Mister Dur ini murtad karena dia telah mengatakan semua agama sama, padahal Allah mengatakan ’Innaddina 'indallahil Islam.’ Belum lagi perkataan dia soal Qur'an porno, dan pluralisme...

"Jadi, mengenai Mister Dur, menurut keyakinan saya Mister Dur ini murtad karena dia telah mengatakan semua agama sama, padahal Allah mengatakan ’Innaddina 'indallahil Islam.’ Belum lagi perkataan dia soal Qur'an porno, dan pluralisme. Orang yang berfaham pluralisme itu murtad karena pluralisme itu menganggap bahwasanya jika kita hidup bersama-sama, kita tidak boleh menggunakan syariat Islam,” jelas Ba’asyir sebagaimana dikutip muslimdaily.net.

Jadi, simpul Ba’asyir, orang yang berfaham pluralisme itu juga murtad, apalagi faham demokrasi. "Maka insya Allah pendapat saya, keyakinan saya Mr Dur itu murtad, tapi saya tidak memaksa orang berkata begitu. Itu insya Allah berdasarkan dalil-dalil yang kuat dan saya siap diskusi dengan tokoh NU, kyai atau siapa saja, saya tantang diskusi untuk persoalan ini, kalau perlu mubahalah,” tegas Ba’asyir.

Statemen Gus Dur murtad itu disampaikan oleh Ba’asyir karena beliau berulang kali ditanya jamaah pengajian mengenai fenomena orang-orang yang mengkultuskan Abdurrahman Wahid ini.

Para pembela dalam polemik Gus Dur Murtad

Sepekan setelah muslimdaily.net menampilkan statemen Gus Dur murtad, reaksi berdatangan dari beberapa kalangan nahdiyin. Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sangat menyayangkan statmen Abu Bakar Ba'asyir soal Gus Dur murtad. Hal tersebut dikatakan Ketua PB PMII Andien Joharudin, Minggu (10/1/2010) di Matraman, Jakarta.

"Kami sangat sayangkan statmen provokatif beliau, di mana semua agama dan negara sedang kehilangan sosok Gus Dur, beliau malah membuat suasana duka menjadi ricuh," katanya.

PB PMII akan mengambil tindakan jika Abu Bakar Ba'asyir terus mengeluarkan statmen provokatif.

"Untuk pertama kita akan mengajak dialog dengan beliau jika masih mengeluarkan nada provokatif," tandas Andien.

..Sebaiknya, jika mereka benar-benar mengagumi Gus Dur, jangan tempuh jalur kekerasan. Jadikanlah dialog ilmiah sebagai titik temu perbedaan. Jika tak mampu berdialog ilmiah, biarkan saja dan jangan dipikirin. Ingat kata Gus Dur: Gitu aja kok repot!...

Beberapa pemuda NU Tangerang, memiliki langkah yang berbeda dengan sikap PB PMII yang akan menempuh jalur dialog dan argumentasi ilmiah untuk mengklarifikasi statemen tentang Gus Dur murtad.

Mereka mengangap pernyataan Abu Bakar Ba’asyir sama saja telah menghina warga NU. Bahkan menurut Nurdin, salah satu tokoh pemuda NU di Pondok Aren, Tangerang Selatan, mengatakan akan memboikot dan mengusir Abu Bakar Ba’asyir di datang ke wilayah Tangerang, khususnya Tangerang Selatan.

"Kita akan mengusir Abu Bakar Ba’asyir kalau menginjak wilayah Tangerang Selatan," katanya, Sabtu (9/1/2010).

Pernyataan Nurdin ini memang agak menggelikan. Sebagai orang yang mengaku pengagum dan pendukung Gus Dur, tak selayaknya mereka menempuh jalur premanisme ketika menyikapi sebuah perbedaan. Bukankah Gus Dur yang selama ini mereka kagumi selalu membela minoritas, dan pernyataan Ba’asyir itu adalah pernyataan minoritas di negeri ini?

Sebaiknya, jika mereka benar-benar mengagumi Gus Dur, jangan tempuh jalur kekerasan. Jadikanlah dialog ilmiah sebagai titik temu perbedaan. Jika tak mampu berdialog ilmiah, biarkan saja dan jangan dipikirin. Ingat kata Gus Dur, ”Gitu aja kok repot!”

Salah satu alasan Gus Dur disebut murtad, karena pernah menyebut Al-Qur’an Porno

Nampaknya, polemik kemurtadan Gus Dur dari Islam ini menambah daftar kontroversi dalam hidup dan matinya.

Bukti terkuat yang dijadikan argumen para ulama dan kiyai untuk menyebut Gus Dur murtad adalah statemen Gus Dur di radio 68H yang menyebut Al-Qur’an sebagai kitab suci yang paling porno di dunia.

Buntut dari pernyataan itu, lebih dari 500 ulama dan kiyai se-Jawa dan Madura, mengadukan Gus Dur ke Mabes Polri. Pengaduan ratusan kiyai ini tercatat dengan nomor TBL/99/VI/2006/Siaga I tertanggal 13 Juni 2006 (http://www.kapanlagi.com/h/0000120135_print.html).

..Buntut dari pernyataan itu, lebih dari 500 ulama dan kiyai se-Jawa dan Madura, mengadukan Gus Dur ke Mabes Polri...

Dalam pengaduannya di Mabes Polri, ratusan ulama itu diwakili oleh KH Ahmad Chamid Baidhowi, pengasuh Pondok Pesantren Al-Wadah, Rembang, Jawa Tengah. Ia didampingi tiga penasihat hukumnya yakni Sugito, Adnan Assegaf dan Asad Yusuf.

Dalam laporan ini, Gus Dur dituduh melanggar pasal 156A KUHP tentang penistaan agama. Sebagai buktinya, Kyai Baidhowi melampirkan kutipan surat kabar yang memuat pernyataan Gus Dur bahwa Al-Quran merupakan kitab suci paling porno di dunia. Dalam koran tertanggal 16 April 2006 tersebut Gus Dur menyebut Al-Qur’an sebagai kitab yang paling porno di dunia karena ada ayat yang memuat anjuran untuk menyusui bayi. Menyusui itu, menurut Gus Dur, merupakan bentuk porno karena memperlihatkan payudara.

Selain itu, Kyai Baidhowi juga menyerahkan salinan tanda tangan lebih dari 500 ulama se Jawa-Madura yang juga mengecam pernyataan Gus Dur.

Tudingan GusDur yang menyebut Qur’an porno itu telah ditanggapi banyak penulis. Al-Ustadz Hartono Ahmad Jaiz dalam buku ”Al-Qur’an Dihina Gus Dur,” secara komprehensif menuangkan asal-usul tudingan Gus Dur hingga kesalahan dan jawabannya berdasarkan pendapat para ulama Salafus Shalih yang diambil dari berbagai kitab Tafsir dan Hadits Nabi.

Di bagian akhir, Ustadz Hartono secara khusus mengutip fatwa para ulama terhadap orang yang mengolok-olok Allah SWT, Al-Qur’an dan Agama Islam (halaman 9-110). Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya, ”Ada orang yang mengolok-olok atau menghina Allah, ayat-ayat-Nya (Al-Qur’an) dan Rasul-Nya. Apa hukumnya?”

Syaikh Utsaimin menjawab: ”Perbuatan ini, walaupun dilakukan dengan bersenda-gurau, banyolan dan lelucon, maka itu adalah perbuatan kafir dan munafik. Tidak boleh seseorang mempermainkan Al-Qur’an, memperolokkannya, menertawakannya dan menghinakannya. Kalau ada orang yang melakukannya, maka dia jadi kafir karena dia menunjukkan penghinaan kepada Allah, para Rasul, Kitab Suci dan Syariat-Nya.”

Salah satu ayat yang dijadikan argumen oleh Syaikh Utsaimin adalah Al-Qur’an surat At-Taubah 65-66: ”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.”

Tak hanya ulama dan kiyai saja yang menyoal tuduhan Al-Qur’an porno yang ditudingkan Gus Dur. Para muallaf yang mantan Kristen pun beramai-ramai membantah tudingan Gus Dur. Salah satu muallaf yang meluruskan tudingan Gus Dur adalah Wencelclaus Insan LS Mokoginta. Muallaf berdarah Cina-Manado ini menulis buku ”Mana yang Porno, Alkitab ataukah Al-Qur’an?” yang diterbitkan oleh Pustaka Birrul Walidain (Juni, 2006).

..Tidak boleh seseorang mempermainkan Al-Qur’an, memperolokkannya, menertawakannya dan menghinakannya. Kalau ada orang yang melakukannya, maka dia jadi kafir...

Kini jasad Gus Dur sudah berkalang tanah. Sebelum Izrail mencabut nyawanya, Gus Dur belum sempat mencabut pernyataan Al-Qur’an Porno. Gus Dur juga belum pernah menulis buku jawaban balik terhadap buku-buku yang menyoal statemen Al-Qur’an Porno. Sehingga publik menilai uraian buku tersebut benar.

Walhasil, kita pasrahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Mahatahu dan Mahaadil,. Bila benar bahwa Gus Dur menghina Al-Qur’an sebagai kitab suci terporno di dunia, biarlah Allah yang membalasnya dengan balasan yang tak kalah menghinakannya daripara penghinaan Gus Dur.

Tapi jika Gus Dur tak bermaksud menghina Al-Qur’an, publik bertanya-tanya, mana bantahannya, dan kapan beliau mencabut pernyataannya? Untuk meminta klarifikasi langsung kepada Gus Dur, apa maksud dan keyakinannya ketika menyebut Al-Qur’an Porno, pintu sudah tertutup. Karena kini, di alam kuburnya, Gus Dur tak perlu klarifikasi amal dan ucapannya kepada manusia. Klarifikasinya hanya disampaikan kepada Munkar dan Nakir, sang malaikat qubur. [taz/dari berbagai sumber]